Penyesalan Tiada Arti (2)

oleh | Senin, 28 Februari 2022

Saat kutiba dirumah sakit, aku dikejutkan oleh sesuatu kabar dari dokter bahwa Ayah …. Ayah yang selama ini ku sia-siakan telah meninggalkanku untuk selamanya (baca cerita sebelumnya) sebelumnya. Aku yang selama ini selalu menyia-nyiakan ayah, membentak ayah, menyakiti hati ayah, rasanya liat ini menyesal. Kenapa aku bisa sejahat itu pada ayahku sendiri.

“Ayah… Maafkan Kania. Kania menyesal telah berbuat yang tidak baik pada ayah. Malam ini rasanya Kania telah ditampar oleh keadaan. Mata hati Kania telah dibutakan, tapi sayangnya Kania harus kehilangan ayah. Maafkan Kania ayah”

Pagi harinya kuantar jasad ayah ketempat peristirahatan terakhirnya. Walau sulit rasanya, tapi percuma semua penyesalan tek berarti. Ayah tak kan pernah bangun lagi. Aku tak akan pernah bisa membalas jasa-jasa ayah. Sebelum jasad ayah dimasukkan ke liang kubur, kusempatkan untuk mengecup pipi dan kening ayah untuk terakhir kalinya. Kutaburi bunga diatas makam ayah tanpa kusadari mataku tak henti-hentinya menetes. Selamat tinggal ayah. Terima kasih untuk semuanya.

Sepulang dari makam ayah, aku ingin sekali mengingat masa-masa kebersamaanku dengan ayah. Akhirnya aku pun masuk ke kamar ayah. Aku dikejutkan oleh sebuah bingkisan kado dikamar ayah. Yang terbungkus rapi dengan sepucuk surat disampingnya. AKu meraih sepucuk surat itu. Surat itu adalah tulisan terkhir ayah sebelum pergi meninggalkan aku.

teruntuk Kania, anakku

Maafkan ayah nak. Selama ini ayah belum bisa membahagiakan. Ayah belum bisa menuruti semua permintaanmu. Apalagi hari ini adalah hari ulang tahunmu, ayah belum bisa membuat ulang tahunmu semeriah seperti teman-temanmu yang lain. Ayah hanya bisa memberi ini. Permintaan yang baru bisa ayah turuti. Selama satu satun kamu memintanya dari ayah ponsel model baru yang pernah kamu ingin.

Satu hal yang perlu kamu tahu, sebenarnya ayah sudah berjanji pada diri ayah, tidak akan menceritakan ini kepada siapapun tapi ayah tidak kuat jika harus terus menyembunyikan rahasia ini. Ayah tidak kuat dengan sikapmu yang terus-terusan membenci ayah. Ayah ingin merasakan kasih sayang yang tulus dari putri tercinta ayah.

Sebenarnya satu kaki yang ayah punya sekarang, satu kaki yang selalu kania liat itu adalah saksi mata cinta ayah pada Kania. Saat Kania kecil, Kania pernah hampir mengalami kecelakaan hebat yang bisa saja membuat Kania naas tak teselamatkan. Tetapi untunglah ayah datang diwaktu yang tepat. Ayah datang selamatkan Kania, dari peristiwa naas itu hingga pada akhirnya satu kaki ayah harus ayah korbankan untukmu Kania.

Tak apa meski Kania membenci ayah, tapi tolong ingat satu hal dari ayah, ayah selalu dan selalu sayang Kania. Kania segalanya buat ayah.

Tak terasa air mataku menetes dan membanjiri pipiku. Ada rasa bersalah dalam hati ini, karena saat ayah masih hidup aku tak pernah ada untuk ayah, aku selalu menyia-nyiakan ayah, aku selalu menyakiti hati ayah.

Kini aku pun harus hidup sendiri. Aku harus belajar mandiri, berbeda saat ayah masih hidup. Semua pekerjaan ayah semua yang mengerjakan. Aku hanya menghina mencaci dan membentak ayah saat itu.

Tapi kini aku sadar semua yang kulakukan dulu tidak lah benar. Aku telah menjadi anak durhaka pada ayahku.

Bagikan artikel ini ke :