Maafkan aku ayah, aku sering menyakitimu, menghinamu, aku juga serng melontarkan kata-kata kasar padamu. kenyataan ini begitu pahit bagiku. Hidup serba kekurangan, ditambah fisik ayah yang kurang sempurna yang hanya punya satu kaki untuk berjalan. Sekarang aku sadar bahwa semua yang kulakukan tidakla benar. Ayah sangat menyayangiku. Ayah tak pernah membalas perlakuan kasarku. Aku begitu jahat dan durhaka pada ayah. Aku menyesal Ayah
Aku belum meminta maaf padamu, aku belum bisa membalas jasamu. Aku juga belum bisa menjadi anak uyang berbakti pada ayah. Kini openyesalanku tak berarti, ayah telah pergi tinggalkan aku seoran diri. aku rindu sosokmu ayah
Pyar….
“Ya ampun ayah, pagi-pagi sudah mecahin piring, emang nggak ada kerjaan lain selain ngerusak barang-barang dirumah ini. Bikin pagiku nggak mood aja” Celotehku
Maafin ayah nak, ayah nggak bermaksud merusak pagimu. ayah nggak sengaja pecahin piring ini” jawab ayah dengan nada lirih.
Aku bergegas pergi dari rumah, aku nggak betah ada dirumah, bosan lihat ayah yang selalu nggak becus nyelesain pekerjaan. Aku pergi ketempat biasaku. Kumpul dengan teman-teman. sebut saja “Bascamp Merpati”. Disitu, kulepaskan semua beban hidupku. Kumpul bersama teman-teman yang notabene keluarga dengan ekonomi menegah keatas. terkadang kau merasa isi dengan hiduop mereka yang semua permintaan mereka mudah dikabulkan oleh orang tuanya.
Saat asyik-asyiknya aku ngobrol dengan teman-teman, tiba-tiba saja dari ujung jalan ayah datang menghampiriku dan mengajak ku utuk pulang bersamanya. Seketika itu aku malu, aku langsung membawa ayah pegi jauh dari tempat itu.
“ayah ngapain sih datang kedini. malu-maluin kani aja” celaku.
“kenapa kamu harus malu nak, ini ayah kamu. Ayah seperti ini demi kebaikan kamu. Ayah tidak ingin kamu salah jalan nak” kata ayah dengan berlinang airmata.
“Ayah salah, justru ayah udah buat Kania malu di depan teman-teman Kania” bentakku.
Besok adalah ulang tahunku, ingin rasanya aku merayakan hari ulang tahunku dengan merikah layaknya teman-temanku yang lain. Dirayakan di hotel berbintang, di cafe kelas atas dan kadonya pun tidak tanggung-tanggung, mobil mewah, rumah mewah, perhiasan dan barang-barang elite yang lain. Sementara aku, boro-boro buat ngasih kabo modil. Buat makan sehari-hari saja masih sulit. “Aklu benci dengan hidupku” ucap dalam hati
drrrrtttt…… drrrtttttt…..
Ponsel bututku tiba-tiba saja berbunyi. Saat kulihat ternyata ada nomor tak dikenal menghubungiku.
“Assalamu alaikum, apa ini dengan mbak Kania?“
“Waalaikum salam, ya benar dengan saya sendiri, Ini siapa ya?
“Saya Andi mbak. Ayah mbak masuk rumah sakit. Tadi di pasar tiba-tiba pingsan dan saya langsung membawanya kerumah sakit” kata Andi dengan suara tegangnya.
“Ooohh…. terus apa hubungannya dengan saya”
“Lho mbak kan anaknya, masak mbak tega membarkan ayahnya terbaring lemah sendirian. Dia butuh mbak, dia selalu memanggil nama mbak. Saya mohon mbak datanglah kesini, sebelum mbak menyesal nantinya“
tiba-tiba Andi mematikan ponselnya, kayaknya sih dia jengkel dengan sikapku.
Waktu malam harinya seakan ada yang kurang dalam hidupku. Dimalam yang kutunggu-tunggu. Saat usiaku menginjak 17 tahun. AKu kesepian. Tidak ada satupun ucapan yang terlontar dari orang-orang dekatku. Tiba-tiba aku teringat dengan ayah, yang kata Andi tadi sedang dirumah sakit karena pingsan saat mengangkat barang dipasar. Aku pun landung pergi kerumah sakit untuk melihat kondisi ayah
Saat kutiba dirumah sakit, aku dikejutkan oleh sesuatu kabar dari dokter bahwa Ayah ….. (bersambung)