Karena Ketawadhu’an, Santri Jadi Mantu Kyai

oleh | Senin, 12 Juli 2021

Ada seorang suami istri, yang mana sepasang suami istri tersebut merupakan orang yang tidak faham ilmu (orang bodoh). suatu ketika, sepasamg suami istri tersebut bernadzar, yang mana nadzar tersebut berisi perjanjian, Apabila mereka dikaruniai anak laki-laki, maka memasukan anaknya ke pondok pesantren, dengan tujuan agar anaknya menjadi seseorang yang alim, yang faham berbagai ilmu, tidak seperti keduanya yang faqir ilmu

setelah penantian yang lama akhirnya mereka di karuniani seorang anak, yang kebetulan terlahirlah seorang anak laki-laki. Mereka pun sangat senang dan merawatnya dengan baik. Waktu terus berjalan, sang anak pun beranjak remaja berusia baligh. Mereka memasukkan anaknya ke pondok pesantren sesuai dengan perjanjian atau nadzar mereka dahulu. Kebetulan anak laki laki tersebut merupakan anak yang sangat alim

sang anak tersebut belajar di pondok pesantren ia pun menjadi seorang santri yang sangat di cintai oleh sang kyai nya. Suatu ketika sang kyai mengajak santri tercintanya tersebut untuk menghadiri sebuah acara. “Kamu nanti malam saya ajak untuk menghariri acara”, ujar sang kyai. Diapun menjawabnya dengan sangat takdzim tanpa banyak bertanya kepada sang kyai “Inggih Yai”. hampir setiap malam sang kyai mengajak si santri tersebut untuk menghadiri sebuah acara

sehingga suatu saat ,ada beberapa santri lama yang iri pada si santri baru tersebut sampai-sampai salah satu santri memberanikan diri untuk menemui sang kyai “assalamualaikum kyai”, ujar santri. “Waalaikumsalam, ada perlu apa kamu kemari ?” Tanya sang kyai. “Mohon maaf kyai ,saya cuma mau bertanya, mengapa kyai selalu mngajak sisantri baru itu untuk menghadiri acara?, sedangkan kami yang sudah lama menjadi santri tidak pernah menghadiri acara bersama kyai” keluh si santri. “ooh… jadi kamu juga mau ikut menghadiri acara ?” tanggapan sang kyai “nggih kyai”, sisntri menjawabnya dengan sangat gembira.

“Baiklah nanti malam kamu ikut saya menghadiri acara,tapi dengan satu syarat”, jawab sang kyai. “Apa syaratnya kyai ?” sahut si santri. “Besok kumpulkan semua santri di lapangan”, singkat sang kyai. “Inggih kyai… baik”, jawab si santri semangat.

sesuai dengat syarat dari sang kyai, sisantri pun mengumpulkan semua santri di lapangan pondok. Setelah semua santri di kumpulkan, sang kyai menyuruh santri tersebut untuk membeli pisau sebanyak jumlah santri. Setelah pisau terkumpul, lalu dibagikan kepada seluruh santri, masing masing santri memegang satu pisau.

Setelah semua santri memegang satu pisau, sang kyai menyuruh semua santrinya untuk menangkap seekor ayam di peternakan milik kyai tersebut. Masing-masing santri pun memegang satu pisau dan saayu ekor ayam.

Apakah semua sudah memegang bagiannya masing masing ?” tanya sang kyai. semua santri menjawab dengan serentak “inggih ,sampun kyai”. “Baiklah …. sekarang kalian semua pulanglah, bawa ayam itu lalu sembelihlah dengat satu syarat jangan sampai ada yang melihatnya. Setelah kalian menyembelihnya, kalian boleh memasak dan memakannya” perintah sang kyai.

semua santri pun gembira dan dengan serentak pulang kerumahnya masing-masing Setelah genap satu minggu semua santri pun kembali ke pondok pesantren. Lalu mereka dikumpulkan kembali ke lapangan pondok pesantren dan di tanyai satu per satu oleh sang kyai.

“Bagaimana sudah kamu sembelih ayamnya ?” Tanya kyai. “Inggih kyai, sampun”, jawab santri. “Dimana kamu menyembelihnya? apakah tidak ada seorang pun yang tahu ?’ tanya lagi kyai. “Di tengah hutan kyai, tidak ada seorang pun yang melihatnya”, jawab santri. “baiklah …. silahkan kembali”, jawab kyai sambil menepuk pundaknya. Dilanjutkan dengan santri lainnya, “Bagaimana, sudah kamu sembelih ayamnya? kamu sembelih di mana dan apakah tidak ada yang melihatnya ?” tanya sang kyai “Inggih sampun kyai, saya sembelih di dalam kamar, tidak ada seoarang pun yang melihatnya” jawab santri “baiklah … silahkan kembali ke asrama”

Semua santri pun di tanya satu per satu oleh sang kyai, hingga tibalah waktunya “si santri tercinta” maju menghadap kyai. Si santri pun maju membawa seekor ayam dan pisau pemberian sang kyai. “Lho bagaimana… sudah kamu sembelih ayamnya ?” tanya kyai. “Belum kyai, saya tidak bisa” jawab santri sambil menunduk. “Kenapa tidak bisa ?” “Kyai menyuruh menyembelih ayam dengan syarat jangan sampai ada yang melihatnya, saya sudah coba di semua tempat tapi tetap saja ada yang tahu”

“Loh.. memangnya siapa yang melihat ?” tanya kyai. Allah subhanahu wata’ala yang maha melihat ” jawab santri. Mendengar jawaban singkat dari santri tersebut,membuat semua santri tertunduk malu. Ssubhanallah … tidak sembarang orang bisa seperti itu, jika bukan karena ilmu, tidak mungkin seseorang menjadi mulia

suatu ketika , si santri di panggil oleh sang kyai untuk menghadapnya. “Saya ada keperluan dengan orang tuamu, bisakah kamu memanggil orang tua mu untuk datang kemari ?” “Inngih kyai, saget”. Si santri pun pulang untuk menjemput kedua orang tuanya.

Sesampai dirumah, si santri pun mengabari kepada orang tuanya, bahwasanya mereka diminta untuk menemui sang kyai. Mereka pun terkejut, dihawatirkan ada masalah dengan anaknya, sehingga sang kyai meminta mereka untuk datang menemuinya.

Tanpa berfikir panjang, mereka pun bergegas pergi ke pondok pesantren untuk menemui sang kyai dengan ditemani anaknya. sesampai di pondok pesantren, mereka menuju ndalem sang kyai. “Ngapunten kyai. ada keperluan apa kyai memanggil kami? Apakah anak kami membuat kesalahan?”. “Tidak, saya Cuma mau mengatakan jika anak kalian say ambil apakan kalian mengikhlaskannya” ujar sang kyai

Mendengan perkatan sang kyai, mereka terkejut hingga mereka pingsan. Setelah beberapa menit kemudian mereka tersadar. “Ngapunten kyai, itu anak kami satu satunya, jika njenengan ambil, kami tidak punya siapa-siapa lagi” ungkap orang tuanya. “Maksud saya mengambil anak kalian, untuk saya jadikan menantu saya”, perkataan sang kyai, membuat mereka terkejut, sehingga mereka pingsan untuk kedua kalinya. beberapa menit kemudian, mereka pun sadar kembali

Dengan perasaan sangat gembira mereka bersujud dengan memuji asma Allah. Mereka pun menerima tawaran sang kyai dengan lapang dada. Tanpa menunggu waktu yang lama, sang kyai akhirnya menikahkan putri tercintanya dengan si santri tercintanya.

يرفع الله الذين امنوا منكم والذين اوتوا العلم درجات

Allah akan mengangkat derajat orang orang yang beriman diantara kamu dan orang orang yang di beri ilmu beberapa drajat

Bagikan artikel ini ke :